Beginilah Kemenangan Demokrasi
Di era demokrasi ini aturan mainnya siapa yang lebih hebat. Betapapun kita tidak suka pada seseorang, namun saat dia menang dalam pemilu, maka sah dia akan menjabat.
Mau berapa banyak pun menentang keputusan ya percuma, menentang keputusan berarti disalahkan hukum. Begitulah demokrasi cara bermainnya.
Suka tidak suka kita terhadap demokrasi, sayangnya hampir seluruh dunia menerapkan demokrasi. Termasuk Indonesia sendiri. Mau menolak demokrasi atau buat sistem sendiri, risikonya bakal dituduh makar negara.
Rakyat Indonesia jadi musuh. Makin kacau urusannya.
Sistem pemerintahan demokrasi (Ilustrasi) | Foto via Aktualita |
Nah, satu-satunya memanfaatkan demokrasi untuk memilih seseorang, maka bersatulah, rapatkan barisan, dorong siapa yang terbaik di antara calon pasangan pemimpin.
Kalau ditanya, apakah saya suka demokrasi? Maka saya jawab: "Suka tidak suka demokrasi adalah sistem pemerintahan ini, bagaimana saya menolak?!"
Namun, saya juga tidak menutup mata, demokrasi menjadi pilihan negara ini sejak dulu kala. Baik buruknya demokrasi rakyat Indonesia yang menanggung.
Demokrasi itu seperti main sulap, siapa yang hebat dan licik, dia menang. Karena aturan dalam Demokrasi itu tidak begitu jelas. Kabur... abu-abu.
Nah, lihat Trump! Dia sukses jadi Presiden Amerika Serikat saat ini. Meskipun begitu banyaknya tidak suka dan mendukungnya. Bahkan rakyat dunia juga turut menyayangkan kemenenangan Trump.
Dia menang pemilihan suara dari Clinton, dari Partai Demokrat.
Sebusuk-busuknya Trump, dialah Presiden Amerika Serikat. Ada yang benci? Ada yang dendam? Ingin membunuhnya? Maka mereka salah semua di mata hukum demokrasi Amerika Serikat. Ia dilindungi di balik hukum. Tenang dalam kemenangan dan kekuasaan separuh dunia.
Indonesia juga begitu, tidak suka presidennya, tidak suka gubernurnya, tidak suka pejabat lainnya? Mereka dilindungi hukum. Didemo sampai jutaan pun tak bisa juga menuntut mereka atas kesalahannya. Paling juga menyentil kursi mereka.
Namun, yang pasti adalah permainan mereka juga diikuti, kalau katanya suara rakyat adalah suara Tuhan, berarti suara 411 belum begitu didengar. Kalau juga tidak didengar, berarti itu bukan suara Tuhan, kan?
Ini kan namanya sok bermanis-manis saja demokrasi membawa-bawa nama "tuhan". Padahal ya kita tahu sendirilah, seperti main sulap di sistem demokrasi ini.
Tidak ada demokrasi, tidak ada HAM di Indonesia ini? Ada yang bilang seperti itu pasti, ya, kan?
Siapa bilang! Buktinya banyak kasus HAM di Indonesia yang belum diselesaikan. Itu namanya negara HAM? Haihhhh...
Itu sebabya juga ada beberapa golongan yang menurut mereka demokrasi ini harus diganti dengan pemerintahan yang lain. Kalau saya sih terserah. Asal tidak memakan korban jiwa, dan penderitaan rakyat.
Ya, boleh saja. Kan kita demokrasi, hak memilih, hak berserikat. Jika lebih banyak suara yang mengalahkan suara demokrasi, berarti itu kalah dengan suara sistem yang baru.
Nah, barangsiapa yang tidak mengikuti perkembangan politik Indonesia, maka dialah korban kekuasaan. Sebenarnya siapa saja yang kalah adalah korban. Tapi setidaknya sudah mencoba mengubah yang terbaik di negeri ini.
Karena kita bermain dengan demokrasi, ikutilah permainan demokrasi. Biar aman, dan tidak dimusuhi pemerintahan juga rakyat Indonesia. Kan sakit sekali dibilang 'pengkhianat bangsa'? Mengotori perjuangan Indonesia? Padahal terkadang yang bicara seperti itu masih minim pengetahuan keIndonesiaannya.
Trump menjadi presiden di Amerika. Kalau selama ini dikabarkan dia benci dengan umat Islam. Bisa jadi perkembangan Islam di sana rawan, itu kalau benar. Tapi kalau tidak, ya aman-aman saja. Kan demokrasi, yang katanya melindungi berdasarkan hak-hak warganya.
Sekali lagi, itu kalau benar.
Yang dikhawatirkan adalah misi Bush, mantan Presiden Amerika yang ikut campur di negara timur tengah kembali dilanjutkan oleh Trump, dan lebih berutal lagi cara mainnya. Dengan dalih kemananan dan bla... bla... bla...
Indonesia masih lama Pilpres, dua tahun setengah lagi. Namun untuk mempersiapkannya harus dimulai dari sekarang. Nah, untuk Pilgub di Jakarta di Bulan Februari. Jangan sampai salah memilih pasangan calon. Sebab itu berdampak ke seluruh rakyat Indonesia, bahkan dunia.
Oke, salam demokrasi. [Klickberita.com]
Posting Komentar untuk "Beginilah Kemenangan Demokrasi"