Jangan Membuat Mereka Kaya! Tapi Buatlah Diri Kita Menjadi Kaya
Hidup memang kita yang menentukan, ingin menjadi apa, dan ingin berbuat apa. Sayangnya pilihan hidup kita terkadang salah kaprah. Mau sukses pilih bekerja di perusahaan. Benar, tidak ada salahnya untuk bekerja di perusahaan, namun seberapa besar yang sukses melalui jadi pegawai di perusahaan? Kecil sekali datanya orang-orang sukses yang bekerja di perusahaan.
Lalu bandingkan dengan orang-orang yang memilih usaha sendiri atau berdagang. Oke, tidak usah jauh-jauh melihat data orang-orang sukses di Indonesia, lihat sendiri saja di sekitar kita yang memiliki usaha. Buktikan sendiri! Dengan begitu kita tidak termakan omongan orang lain. Karena kita yang melihat dengan mata kepala sendiri.
Ilustrasi pengusaha sukses | Foto shutterstock |
Bisa saja ini keliru, tapi patut juga direnungkan. Mungkin ini penyababnya kenapa budaya Indonesia ini menganut paham jadi karyawan daripada pedagang, yaitu budaya zaman penjajah Belanda, yang mana kalau bekerja di pemerintahan Belanda di mata masyarakat sendiri itu keren sekali. Padahal sudah kita ketahui sendiri, penjajah Belanda otaknya penuh kelicikan, tanpa disadari bangsa kita dulu sudah dibodoh-bodohi oleh mereka.
Nah, harus diketahui juga di zaman Belanda itu, anak-anak pribumi yang berkesempatan sekolah memang diciptakan agar menjadi pegawai pemerintahan Belanda, atau juga bekerja di perusahaan Belanda. Syukurnya tokoh nasional kita seperti Tirtho Adhie Soerjo paham, Belanda hanya ingin membudaki kaum pribumi saja.
Meskipun ia belajar dari Belanda, berteman dengan Belanda, tapi kebaikan dan keuntungan saja yang ia ambil dari bangsa penjajah itu. Makanya ia pun mendirikan surat kabar sendiri, ketika itu surat kabarnyalah satu-satunya milik pribumi, pekerjanya pribumi, dan bahan-bahan untuk percetakannya juga dari pribumi. Dialah Bapak Pers Nasional, yang merintis dunia berita di Indonesia, belajar dari pengalamannya sendiri.
Zaman itu, di awal abad 20, pada tahun 1907. Sekarang sudah tahun 2016, tinggal menghitung beberapa hari lagi tahun 2017. Masihkah kita berbudaya paham bekerja? Kenapa tidak mencipatakan usaha? Kita juga tidak menepis, untuk membangun usaha butuh biaya? Tapi kenapa kita lebih mengutamakan membeli barang-barang tersier dibandingkan modal? Padahal modal itulah yang bisa mengubah kehidupan kita di hari esok. Sedangkab barang-barang tersier yang dibeli akan rusak dikemudian hari.
Baca juga:
Ketika Para Blogger Dilirik oleh Perusahaan dan Pemerintahan
Anak Muda yang Produktif Memajukan Negaranya ke Dunia
Baca juga:
Ketika Para Blogger Dilirik oleh Perusahaan dan Pemerintahan
Anak Muda yang Produktif Memajukan Negaranya ke Dunia
Ada quote sangat bijak dari sastrawan besar Pramodeya Ananta Toer, quote di novel Rumah Kaca itu mencerminkan antara pengusaha dan anak buah. Karena novel ini settingannya di tahun 1970-an, tentu perusahaannya milik Belanda, dan pekerjanya orang pribumi.
“Jangan jadi kuli mereka, katanya seperti mengulangi kata-kata bapakku mendiang. Jangan mereka jadi lebih kaya dan lebih berkuasa karena keringatmu. Rebut ilmu-pengetahuan dari mereka sampai kau sama pandai dengan mereka.”
Secara tidak sadar, kita yang bekerja di perusahaan orang lain, hanya membuat mereka menjadi kaya saja. Sedangkan kita sendiri, bertahun-tahun bekerja tidak terlalu banyak berubah, apalagi jabatan rendahan di sebuah perusahaan. Sayang sekali, kita yang sadar hal ini bisanya hanya menuntut ini-itu, berdemo ke perusahaan dan pemerintahan, tidak ingin mengubah kesejahteraan dengan kepalan tangan sendiri.
Selalu… selalu… selalu begitu setiap tahunnya. Toh, kalaupun gajinya naik, kehidupan pokok juga ikut naik. Jadi sama sekali tidak berubah kalaupun gaji meningkat. Tanpa terasa usia semakin bertambah, tenaga berkurang, kulit sudah mengkriput, kehidupan tak juga meningkat secara signifikan. Selamanya begitu terus, sampai kapan bisa bertahan?
Hidup tidak bisa begitu saja menyerahkannya pada Tuhan, Allah SWT. Percuma dikasi mata, telinga, mulut, dan otak, jika tidak bisa mengubah nasib sendiri. Seperti yang sudah disampaikan Bung Pram dalam novelnya tadi, belajar dari mereka yang memiliki perusahaan, setelah pandai buat usaha seperti itu juga. Jangan selamanya jadi karyawan sampai akhir hayat.
Kasihani diri kita sendiri, dan kasihani pula anak-anak kita kelak, kalau kita punya usaha, tentu anak kita tidak pontang-panting lagi mencari pekerjaan di perusahaan, karena bapaknya juga punya usaha sendiri. Saatnya generasi emas dimulai dari sekarang, jangan lagi mewariskan garis keturunan miskin ke anak cucu. Malu kita, karena kitalah yang lebih dahulu hidup di dunia, tapi tak bisa menjadi perubahan generasi. [Klickberita.com/Asmara Dewo]
Seakan merasa semakin bersemangat.. saya baru saja resign dari sebuah perusahaan pertambangan ternama, dan sekarang mulai menggeluti bidang bisnis, thanks for the inspiration..
BalasHapus