Tiga Warisan Qinshihuang yang Membuat China Hebat sampai Sekarang
China yang senantiasa begitu kuat di dunia internasional menjadi musuh bebuyutan Amerika Serikat. Negara super kapitalis itu pun gelagapan menghadapi politik-ekonomi China yang ingin menguasai dunia. China yang berideologikan komunis memang mereformasi kebijakan politiknya pada tahun 1978. Saat itu Pimpinan Komunis Deng Xiao Ping mengatakan: “Bukanlah dosa jika seseorang menjadi kaya”. Tentu itu dianggap bertentangan dengan kaum komunis tulen yang ingin hidup “sama rata, sama rasa”, dan segala perekonomian dimiliki bersama, tanpa mengenal kepemilikan pribadi.
Pakar politik menilai bahwasanya negara tirai bambu tersebut tidak akan mampu mempertahankan cara berpolitik komunis yang dianggap belum mampu memaksimalkan perekonomian versi komunis sejati. Karena sebab itu pula China secara tidak langsung mengadopsi ekonomi kapitalis ala Amerika Serikat.
Buntut dari penerapan ekonomi itu, China menjadi satu-satunya negara yang ditakuti oleh Amerika Serikat. Masih ingat beberapa bulan lalu, Amerika Serikat dan China sempat membuat heboh dunia, mereka mengibarkan bendera perang. Namun akhirnya perang dagang itu kembali dingin. Dan boleh jadi, lusa mereka akan melanjutkan perang dagang yang bisa merembet ke negara-negara lain, tak terkecuali negara +62 (Indonesia).
Bangsa berkulit kuning itu memang sejak dahulu punyai ambisi ingin menyatukan dunia dengan panji-panji kebesaranya. Impian besar itu pula yang terus diwarisi generasi selanjutnya, maka tak heran bangsa China mempunyai watak bersemangat tinggi, cerdas, siap berperang, dan berkomitmen tinggi. Komitmen itu tidak main-main, dari buku-buku sejarah China bisa dibaca, sekalipun putra mahkota melakukan kesalahan tetap akan diberikan hukuman. Hukum tidak pandang bulu bagi mereka, siapapun yang bersalah harus mendapatkan ganjarannya.
Patung Pasukan Perang Kerajaan Qin, Qinshihuang | Foto ourhoneymoondestinations.com |
Besarnya China sekarang merupakan kemenangan dari Kerajaan Qin, yang saat itu dipimpin oleh Qinshihuang. Raja dari segala raja itu berhasil menyatukan China dengan berperang. Meskipun harus diakui Qinshihuang sangatlah kejam, tegas, cerdas, dan berambisi. Namun yang perlu dicatat adalah karena dia pula negara China menjadi negara yang utuh, masih mampu mempertahankan peradaban para leluhurnya.
Sebagaimana sejarawan China Huo Da (1954) mengatakan: “Di atas kursi tahta yang berada di bawah panji-panji besar yang berkibar-kibar, di ujung kemegahan duduklah Kaisar Seribu Generasi, Qinshihuang.”
Menurut Michael Wicaksono dalam bukunya Qin, Kaisar Terakota, ada tiga warisan besar Qinshihuang, sebagai beirkut:
Pertama, Baru pada zaman Qinshihuang-lah pemerintahan China disatukan di bawah kaisar, tanpa adanya raja bawahan (feodal) yang berkuasa secara independen. Pada zaman-zaman sebelumnya, raja tertinggi (Putra Langit) membagi-bagi wilayah kekuasaanya kepada kaum keluarganya, jendral-jendral atau pejabat yang dinilai berjasa dan berakhlak mulia. Apabila mandat langit masih stabil dan sangat kuat, para penguasa daerah yang semi independen itu akan memberikan loyalitas mereka kepada sang raja. Namun ketika tahun berganti tahun dan abad berganti abad, kekuasaan Putra Langit semakin melemah. Di sisi lain, para penguasa daerah yang memiliki kewenangan untuk memungut pajak dan mengembangkan pasukan semakin bertambah kaya dan kuat, semakin memposisikan diri mereka sebagai penguasa independen yang hampir sejajar dengan Putra Langit. Sang Raja tertinggi kemudian tidak memiliki kekuasaan apapun untuk mengendalikan para penguasa negara bagian, dan sebaliknya dikendalikan oleh para raja yang seharusnya menjadi bawahannya itu.
Qinshihuang menyadari akan rentannya sistem pembagian kekuasaan semacam ini. Berdasarkan ide reformasi Shang Yang dan Han Fei, Qinshiuang menghapuskan sistem kerajaan feodal dan mendirikan sistem kekaisaran terpusat, di mana wilayah negeri Qin tidak lagi dibagi menjadi negara-negara bagian, melainkan karesidenan-karisedenan yang pejabatnya ditunjuk langsung oleh pusat. Semua kekuasaan pemerintahan masa itu, utamanya kewenangan memungut pajak dan membentuk pasukan, hanya boleh dilakukan oleh pemerintahan pusat. Pajak yang didapatkan dari daerah disetorkan ke pusat untuk kemudian didistribusikan kembali ke daerah sesuai kebutuhan masing-masing daerah tersebut.
Penguasa daerah adalah pejabat yang bertanggungjawab langsung kepada kaisar dan wajib melaporkan semua hal yang terjadi di daerahnya kepada pemerintahan pusat. Setelah masa jabatannya habis atau apabila gagal melaksanakan tugas, ia akan digantikan oleh orang lain yang dinilai berjasa dan pantas. Dengan demikian, penguasa daerah tidak dapat mengembangkan kekuasaan permanen yang dapat mengancam stabilitas pemerintahan pusat.
Kedua, Qinshihuang menciptakan konsep “Satu China”; negara bisa terpecah-pecah menjadi negara bagian yang lebih kecil, namun penyatuan China selalu menjadi tujuan akhir bagi penguasa negara-negara tersebut. Apabila China tidak pernah dipersatukan pada zaman Qinshihuang, mungkin tidak pernah ada Negara China yang satu dan utuh seperti sekarang ini, di daratan China, mungkin akan berdiri negara-negara independen dan seperti halnya di benua Eropa, setelah keturunan Imperium Romawi. Kemampuan Qinshihuang untuk menciptakan, mewujudkan dan mempertahankan konsep ini adalah warisan penting dalam sejarah China, yang dapat bertahan sampai sekarang meskipun kekaisaran Qin yang ia didirkan hanya bertahan tak sampai 20 tahun lamanya.
Untuk mencapai tujuan itulah, peperangan dan pertumpahan darah tidak dapat dihindari lagi. Negeri China baru bisa dan makmur, jika negara dipersatukan dan tidak ada lagi pertentangan. Adanya persaingan untuk memperebutkan wilayah dan pengaruh, demi “menjaga keharmonisan dunia”, pada akhirnya hanya akan menyengsarakan rakyat jelata.
Ketiga, Qinshihuan menciptakan standar tulisan China yang dipakai sampai sekarang. Tanpa adanya standar ini, penyatuan China mungkin hanya akan ada di atas kertas saja, namun di tingkat masyarakat, tidak ada asimilasi antar daerah akibat berbedanya tulisan dan bahasa. Saat ini meskipun ada banyak daerah otonomi khusus bangsa minoritas, ataupun rakyat di pedesaan yang berbicara dalam bahasa daerah mereka sendiri, adanya huruf China yang distandarisasi pada zaman Qinshihuang dan disederhanakan penulisannya pada tahun 1950-an membuat rakyat China memiliki sebuah kesatuan identitas tulisan. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi, pertukaran keahlian dan ilmu pengetahuan, maupun kebijakan pemerintah secara merata sampai ke seluruh penjuru negeri.
Dengan adanya ketiga warisan itulah, China yang satu, utuh, dan seragam didirikan oleh Qinshihuang dan dipertahankan oleh penguasa-penguasa penerusnya yang mendirikan dinasti-dinasti besar seperti Han, Tang, Song, Ming, dan Qing. Sampai saat pemerintahan beralih ke sisem demokrasi sekalipun, konsep China yang satu, utuh dan seragam ini masih dipersatukan. [Klickberita.com/Asmara Dewo]
Posting Komentar untuk "Tiga Warisan Qinshihuang yang Membuat China Hebat sampai Sekarang"